We’ll always together
"Jadi, kita mau ngobrol atau mau makan sih?" Sindir Rafa.
Mereka sekarang sudah duduk di ruang tengah rumah Rafa, dengan makanan yang hampir habis setelah pemasok makanan mereka datang 30 menit yang lalu. Meskipun sudah menyindir teman temannya, Rafa tak urung tetap mengambil satu tusuk sate yang sedari tadi menarik perhatiannya.
"Yaelah lu juga laper kan" sahut Harsa.
"Ya tapi kan.."
"Laper adalah mutlak, lu gabisa hidup kalo gak makan, jadi mending lu diem, abisin makanan lu, baru kita ngobrol" semuanya tertawa melihat Harsa memberikan lagi dua tusuk sate untuk Rafa.
Setelah menghabiskan makanan utama mereka, Melvin mengambil tas kecil yang tadi ia bawa. Isinya adalah dua lembar kertas berisi coretan coretan kasar tetapi terlihat tertata rapi.
"Guys liat deh, ini lirik dan nada lagunya, gue masih nyari yang pas sih. Coba kalian liat, ada yang kurang ga?" Semuanya sontak merapat ke Melvin, melihat isi kertas yang dibawa Melvin.
"Hmm kayaknya di bagian yang,' I've been wondering What if we don't meet', ganti jadi, 'I'm glad we met', gimana?" Saran Karel diterima dengan senang hati oleh Melvin. Ia ambil pensil di dalam tasnya, mencoret kalimat sebelumnya dan menggantinya jadi kalimat yang Karel minta.
"Oh ini bang, tambahin 'and with you, I believe fate and miracles led us here' oke gak?" Kali ini saran Julio dihadiahi 6 jempol dari teman temannya.
Akhirnya perbincangan itu mereka lanjutkan dengan sesekali meneguk Thai tea yang tadi dibawa Julio, tak lupa cemilan buatan Mama Rafa yang hampir setiap jam selalu datang.
Setelah Melvin siap untuk kembali memasukkan pensil dan kertasnya ke dalam tas yang ia bawa. Suara Rafa menarik atensi mereka.
"We're always together, and we'll always together, tambahin itu bang." Melvin tersenyum kemudian mengangguk, ia ambil kembali pensilnya, dan ia tulis saran Rafa tadi.
"This will be a big hit" gumam Melvin sembari tersenyum.
"Oke, kita pulang ya raf!" Rafa mengangguk kemudian melambaikan tangannya kepada teman temannya yang mulai pergi satu persatu. Tetapi sebelum ia masuk dan menutup kembali pintu rumahnya, Javier dan Julio kembali ke depan pintu dengan wajah memelasnya.
"Mau nginepp" ujar keduanya dengan muka memelas, Rafa menghela nafas sesaat kemudian mengangguk dan mempersilahkan mereka berdua masuk.
"YEY"
Dasar, tapi tidak bohong, Rafa juga senang.