Tujuh.
"Rafaaaaa main yuuukkk." Seru Harsa dari depan pagar rumah Rafa.
"Mending lu turun ya Harsa, trus lu buka itu pager, biar gue bisa masukin motor." Ujar Sagara sembari menyikut Harsa yang ada di boncengannya.
"Males ah, tungguin si Rafa aja sih, bentar lagi juga dia turun abis denger suara gue."
"Turun atau gue tonjok?" Harsa meneguk salivanya, duh, Sagara kalau udah seperti ini emang menyeramkan.
"Iya iyaa, gue turun nih, dasar monster." Sebelum Harsa dapat hadiah pukulan dari Sagara, ia segera membuka pagar lalu berlari masuk ke rumah Rafa. Membuat Sagara yang melihatnya hanya bisa menghela nafasnya.
"RAFAAA TOLONG AKUU RAFAAAAA." Harsa membuka pintu rumah Rafa dengan tergesa gesa, dan boom! saat membuka pintu itu, 7 pasang mata tengah menatapnya. Melvin, Rafa, Mama Rafa, Dami, Javier, Julio, dan Karel. Harsa mematung di tempat. Mukanya perlahan memerah karena malu.
"Tolong jangan liat kesini tolong, nanti kegantengan gue makin bersinar." Yang lain mengangkat sebelah alisnya bersamaan.
'duk'
"najis gausah so ganteng lu kalo cuma bawa nyam nyam." Itu Sagara, setelah memarkirkan motornya dan menutup pagar kembali, ia segera masuk kedalam rumah Rafa untuk membalas dendam pada Harsa, dan keberuntungan ada ditangannya. Ia menendang tulang kering Harsa.
"sakit banget bangke, lu dendam kah sama gue???? Tante maaf ini Sagara aslinya emang kayak gini anaknya, kasar abis." Ujar Harsa sembari mengaduh kesakitan. Mama Rafa sih tertawa saja.
"Udah udah, masuk gih, kalian kalo kamarnya Rafa ga muat, bisa pake kamar sebelah Rafa ya, kamarnya kosong kok, Tante tinggal dulu yaa." Semuanya mengangguk mendengar ucapan Mama Rafa yang perlahan menjauh.
Setelah kembali menertawakan Harsa, mereka semua kini berkumpul di kamar Rafa. Walaupun tidak terlalu besar dan sebenarnya hanya cukup untuk 5 orang, tapi mereka ingin tetap di kamar Rafa. Lebih ramai lebih seru katanya.
Iya, harusnya lebih ramai lebih seru, awalnya begitu, tapi mau seramai apapun, kalau tidak ada kamu rasanya tetap sulit.