Teteretet
"oi shak! sinii," Shaka yang dipanggil, tapi mereka berenam menengok secara bersamaan.
Yang memanggil, Yudha, tertawa melihatnya. John, Yudha, Dikta, dan Jeffrey sedang mengobrol dengan Martin, anak dari Marvel, teman lama mereka.
"Nah ini tin, mereka dari bayi bareng terus jadi serasa kembar, mana lahirnya juga ga jauh beda tanggalnya" ucap Yudha sambil merangkul Shaka.
Shaka dan kawan kawan hanya bisa tertawa canggung mendengar obrolan Martin dan ayah ayah mereka.
"Nah ini si Raven, dari kecil kerjaannya berantem mulu sama si Abian, biasanya mereka rebutan selimut kalau misal lagi nginep di rumah si kembar" mendengar nama nya disebut, Abian menyikut Raven, kemudian berbisik.
"mana gue mulu lagi yang menang selimutnya" mendengar bisikan Abian, buru buru Raven menginjak kaki Abian di sebelahnya. Tak lupa sambil menatap Abian dan memberikan senyum terbaiknya.
"Ahahah iya om, yaudah sekarang boleh siap siap aja ya om bentar lagi mau di mulai" ujar Martin dengan senyum terbaiknya.
Mendengarnya, Shaka dan kawan kawan merasa sangat lega sekaligus terbantu karena Martin melepaskan mereka dari situasi yang sangat ingin mereka hindari. Karena selama mengobrol tadi, orang orang di sekitar mereka terus memperhatikan mereka.
Sebelum bersiap ke posisi masing masing, John menyempatkan diri untuk menghampiri Abian.
"Jangan ragu ragu, anggap ayah lawan kamu. Tapi safety tetep nomor satu" ujarnya sebelum kembali pergi ke tempatnya.
Abian menutup visor nya, kemudian tersenyum menatap John yang tak jauh di sebelahnya, siap dengan motornya.
Ketika bendera kecil dijatuhkan, motor mereka melesat membelah arena. Ditatap kagum oleh orang orang yang ada disana, termasuk Jero yang tengah duduk di atas motornya. Sebenarnya soal feeling Jero yang tadi, dia hanya berpura pura, tujuannya adalah agar ia bisa mengobrol dengan gadis cantik bernama vanilla yang ia temui di arena balap ini.