Setidaknya.
"dadahh ayahh, dadahh mamiii, dadahh om om semuaaaa." Rega melambaikan tangannya sebelum ia berlari kecil menyusul teman kelas nya yang sudah menunggunya di depan gerbang sekolah.
Ketujuh orang dewasa yang ikut mengantarkan Rega itu tersenyum sembari membalas lambaian tangan Rega.
"Yah, aku ke rumah mama Daffa dulu boleh ga? Dia baru lahiran, mau aku jenguk, barang barang baby yang kemaren aku beli sama kamu itu buat adik bayi nya Daffa soalnya." Rayna memang sudah terbiasa membawa mobil sendiri, karena sedari awal Harsa adalah orang sibuk, jadi akan lebih mudah kalau Rayna bisa pergi menggunakan mobilnya sendiri.
Harsa mengangguk kemudian membawa Rayna kedalam pelukannya, tangannya ia gunakan untuk mengelus rambut panjang milik istrinya itu.
"Maaf ya ayy belum bisa bareng bareng sama kamu, aku sibuk terus yaah maafinn" ujarnya dengan muka memelas. Rayna terkekeh gemas melihatnya, ia kecup pipi Harsa membuat sang empunya merasakan hangatnya pipi yang dikecup Rayna.
"Ehem ehem, minimal nyadar ada kita sih." Seru Javier sembari bersiul, Harsa melihatnya dengan tatapan tajam miliknya, dasar party pooper!
Setelah cipika-cipiki ala Harsa dan Rayna sebelum berpisah, akhirnya kini tinggallah anggota DE'7 yang masih terdiam didepan gerbang sekolah Rega.
"Buset, mau nongkrong disini kah kita?" Celetukan Karel membuat ke lima orang lainnya melihat kearahnya, benar juga, masa mereka mau nongkrong di depan sekolah Rega.
"Ke bang dami aja mau ga??" Kali ini, Julio yang memberi usul, Julio sudah sangat ingin bertemu Damian soalnya. Akhirnya mereka setuju untuk mengunjungi Damian di kediamannya. Rumahnya belum berubah sama sekali, hanya penghuni nya saja yang kini berubah.
Setelah sampai di rumah Rafa — yang kini menjadi rumah Damian seorang — tentu saja mereka disambut dengan baik, pintu dibukakan oleh bibi yang bekerja di rumah Dami, istri Abang kan sedang hamil, jadi harus di jaga dengan baik.
Damian segera turun dari tangga setelah mengetahui kedatangan adik adiknya itu, bang Dami tidak banyak berubah, hanya terasa lebih kosong saja, tapi untungnya, tidak se kosong dulu. Membayangkan bang Dami saat itu saja masih membuat hati mereka berdenyut sakit.
"Lama nunggunya ga? Duh Abang kangen banget sama kalian, kangen ngurusin jadwal kalian deh" ujar Damian sembari memeluk mereka satu persatu.
"Baru nyampe kok bang, gue juga kangen banget sama lu bang." Itu Melvin yang berucap, jujur, Melvin memang sangat merindukan Damian, setelah kehilangan orang orang berharganya, Damian lebih memilih untuk menyendiri di rumah nya, tidak membiarkan siapapun masuk kedalam kehidupan nya yang sepi.
"Kak Kirana gimana bang? Perkiraan lahiran kapan?" Tanya Sagara, Damian akhirnya mengajak mereka ke taman belakang rumahnya. Disana ada Kirana yang sedang duduk di kursi khusus nya sembari mengelus perutnya yang sudah besar. Ada nyawa didalam perut Kirana yang harus dijaga dengan baik.
"Sayang, liat ini siapa yang dateng ke rumahh." Kirana menengokkan kepalanya kearah Damian, senyumnya mengembang melihat keenam pemuda yang tengah berjalan ke arahnya sembari tersenyum.
Semuanya senang Damian bisa kembali seperti sekarang, meskipun tidak sepenuhnya, tapi setidaknya Damian bisa kembali menunjukkan senyum mempesona miliknya. Setidaknya Damian tidak lagi mengurung diri di kamarnya dan tidak akan makan jika tidak dipaksa Julio. Setidaknya Damian sekarang bisa mulai berdamai dengan keadaan. Dan setidaknya, Damian sudah tidak merasa sendiri lagi.
Banyak kata setidaknya yang terucap dalam hati keenam anggota DE'7 itu. Karena kalau harus melihat kembali ke masa lalu, Damian saat itu benar benar seperti manusia yang sama sekali tidak punya semangat hidup.
Senyumnya, jangan sampai hilang lagi ya?