Rafa gak sendirian.
"dulu tuh bahagia banget ya?" Gumam Damian sembari meneguk teh manis yang disiapkan bibi.
"Iya bang, walaupun kadang ada sedihnya, cuma banyak banget senengnya, kayaknya hampir tiap hari gue selalu senyum deh." Balas Karel dengan senyum tipisnya. Julio mengangguk setuju.
Masa masa itu benar benar terasa indah sekali. Bahkan jika diingat sekarang pun mereka masih bisa ingat dengan jelas semua kejadian yang terjadi, satu persatu, bagaimana mereka bertemu, sampai bisa ada di titik ini. Mereka masih mengingatnya dengan sangat jelas.
"Ih gue udah berapa tahun bareng kalian, bosenn banget sebenernya" canda Harsa. Damian tertawa mendengarnya, apalagi setelah melihat Sagara yang mulai melayangkan pukulan nya ke punggung Harsa.
"Gue juga bosen liat lu terus" ujarnya sembari tersenyum puas melihat raut kesakitan Harsa.
"Kamu itu bangsat, tau gak?"
"Ngaca sana"
"Ganteng nih gue di kaca"
"Kaca aja males liat muka lu"
Melvin menghela nafasnya melihat tingkah Harsa dan Sagara, tidak berubah sama sekali. Sedangkan Karel, Julio, Javier, dan Damian hanya bisa tertawa melihat mereka.
"Baby nya cewek atau cowok bang?" Tanya Javier disela sela obrolan mereka.
"Kemarin di usg sih cowok, tapi kita kan gaada yang tau, kalau cewek pun gak apa apa, Abang bakal tetep sayang" Wajah Damian tidak bisa berbohong, senyumnya terus mengembang membayangkan bayi nya yang akan lahir sebentar lagi.
"Ihh jadi pengen punya anak juga" keluh Julio, mereka menatap Julio bingung.
"Yang bener aja lu, calon aja kagak ada" sindir Karel.
"Bacott, nanti anak gue gaakan gue biarin kenal sama lu"
"Yeuh yaudah siapa juga yang mau temenan sama anak lu"
Ya, peperangan ke-dua...
Senyum Damian tak luntur luntur melihat keenam adiknya itu, bahagia sekali rasanya.
Rafa, liat Abang udah gak sendirian, makasih ya udah kenalin Abang sama mereka yang luar biasa ini. Rafa juga gak sendirian kan disana?
