Harinya Ziel
"halo om" ucap Jaziel sembari menyalami Jeffrey, ayah dari kakak kelas yang disukainya, Ashila.
Jeffrey tersenyum singkat, ia melirik jam tangannya, tepat pukul 10 pagi. Sedari tadi, Ashila tidak berhenti bolak balik bercermin sembari kembali membetulkan rambutnya. Jeffrey sadar akan hal itu, dan dia pun sadar bahwa pemuda yang baru saja mengirimkan pesan chat berisi ungkapan cinta kemarin itu adalah pemuda baik yang mungkin bersifat lugu karena umurnya yang memang lebih muda dari Ashila.
Apalagi pesan pesan lain yang Jaziel kirimkan padanya membuat Jeffrey semakin yakin, bahwa Ashila memang pas untuk Jaziel.
"Ayah saja." Jaziel mengangguk kikuk, sedangkan Ashila memukul pelan pundak ayahnya.
"Shila pergi dulu, ayah jagain Abang jangan sampe lepas trus berkeliaran di jalanan" kalimatnya diakhiri dengan kekehan singkat.
"LU KIRA GUE HEWAN" teriakan itu asalnya dari dalam rumah, lebih tepatnya suara Abang Satria kesayangan Ashila.
Setelah berpamitan, Shila naik ke boncengan motor Jaziel, tangannya yang awalnya tidak memegang apapun ditarik pelan oleh Jaziel untum memegang ujung kemeja yang ia pakai.
"Disini aja kak, takutnya nanti gue gasengaja ngebut" ucap Jaziel pelan.
Demi apapun, Shila benar benar menahan senyumnya.
Sepanjang perjalanan, tangan Shila yang awalnya hanya memegang ujung kemeja Jaziel, makin lama makin erat dan berakhir memeluk pinggang Jaziel, membuat Jaziel yang tengah mengendarai motor mati matian berusaha menutupi kupingnya yang memerah (padahal pakai helm)
Mereka mendatangi tempat makan rekomendasi Ashila, mampir ke toko buku, berjalan keliling mall sekalian menghabiskan isi kartu timezone milik Jaziel, dan tak lupa mampir ke farmhouse kesukaan Ashila. Dan tanpa sadar, sepanjang perjalanan itu, Jaziel menggenggam tangan Ashila yang tampak mungil jika disandingkan dengan tangan miliknya.