Abang.

ney and nay
3 min readApr 2, 2023

Musik yang awalnya sedang terputar di telinga Rafa seketika terhenti ketika earphone yang ia kenakan dilepas secara perlahan oleh Dami. Rafa sontak mendongakkan kepalanya, melihat ke arah Dami yang sudah ada di sebelahnya dengan senyum tulus yang selalu ia berikan.

Rafa membereskan alat gambarnya dan mengambil alih roti bakar yang dibawa Dami untuk diletakkan keatas piring kecil yang selalu ia sediakan di kamar nya. Piring khusus cemilannya. Setelah menyiapkannya, Rafa dan Dami duduk diatas kasur empuk milik Rafa.

Rafa menatap Dami yang kini juga tengah menatapnya. Lagi lagi Dami tersenyum ketika melihat Rafa, rasanya baru kemarin Rafa terlahir di dunia, sekarang Rafa sudah sebesar ini.

"Bang???" Rafa melambaikan tangannya didepan muka Dami, membuat Dami tersadar dari lamunannya.

"Eh iya, tuh abang pesenin roti bakar cokelat strawberry keju, kesukaan kamu kan?" Ujar Dami. Rafa mengangguk senang kemudian mengambil satu potong roti bakar itu.

"Dek, Abang mau ngomong banyak sama kamu, gak apa apa?" Pertanyaan Dami itu dibalas anggukan oleh Rafa yang kini tengah sibuk melahap roti bakar yang dibawa Dami.

"Abang udah denger dari Melvin, dari Harsa, dari temen temen kamu.. mereka mau ajak kamu masuk ke dunia nyanyi lagi ya? Adek senang ga?" Rafa terdiam sejenak mendengar ucapan Dami.

"Seneng, temen aku perhatian ya bang? Tapi aku masih gabisa, jahat gak ya?" Kini gantian Dami yang terdiam mendengar ucapan Rafa. Jahat darimananya? Bagi Dami, adiknya itu adalah orang paling baik sedunia yang selalu memikirkan orang orang disekitarnya.

"Enggak, Adek ga jahat sama sekali. Abang udah lama ga nanyain ini. Hari ini gimana? Hari adek baik? Luka dua tahun yang lalu masih ada ya? Masih sakit ya?" Dami mempersempit jaraknya dengan Rafa. Rafa yang baru saja menghabiskan dua potong roti bakar itu rasanya sudah tidak mau makan lagi.

Dami menarik Rafa kedalam dekapannya. Ia dekap Rafa dengan erat, tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus rambut hitam Rafa.

"Abang.." Tidak ada yang bisa Rafa katakan saat ini.

"Gak apa apa, susah ya? Dibagi ya susahnya sama Abang, Abang jahat banget ya masa adeknya Abang susah tapi Abang malah seneng seneng, maaf ya adek." Mata Rafa berkaca kaca mendengar ucapan kakak kesayangannya itu, Rafa membalas dekapan Dami.

"Abang, aku yang salah ya? Gara gara aku ya bang..?" Tanya Rafa pelan, pelan sekali suaranya sampai rasanya Rafa seperti sedang berbisik pada Dami. Dami menggelengkan kepalanya, sekali lagi ia elus rambut hitam Rafa.

"Bukan Adek yang salah, gaada yang salah Adek, memang takdir nya kayak gitu, gaada yang harus disalahin disini. Bukan salah kamu, Adek Abang ga salah, jadi stop ya salahin diri sendiri, Abang gasuka, kalau Adek sakit, Abang juga ikutan sakit." Detik itu juga tangisan Rafa pecah. Beban yang selama ini selalu Rafa bawa sendiri telah terbagi agar bisa dibawa bersama Abang, setidaknya jadi lebih ringan.

"Adek tau gak? Sebelum oma berangkat mau ketemu Adek, oma nyamperin Abang, oma bilang oma seneng banget punya cucu kayak adek, oma bilang oma bangga banget bisa punya cucu kayak adek. Oma sayang adek, oma sayang banget sama Adek.. jadi udah ya, oma udah bahagia.. masa adek masih sedih?" Lagi lagi kalimat yang dilontarkan Dami seolah mengangkat beban yang selama ini bersangkar di atas kedua bahu Rafa. Rasanya perlahan lahan bahu Rafa terasa lebih ringan.

Rafa, setelah ini, semua masalahmu jangan dipendam sendiri ya?

--

--

ney and nay
ney and nay

Written by ney and nay

owner cleeeevers and naylooevs!

No responses yet