A day without Melvin
"anjir liat dah gue ngetweet cilok aja yang ngelike nya banyak," ucap Sagara sembari menunjukkan handphone nya di depan Harsa.
"Trus? Gue harus bilang wow kah?" Mendengar respon Harsa yang sangat tidak memuaskan Sagara, Harsa dihadiahi sebuah timpukan dari bantal sofa yang dipegang Sagara. Selamat!
"Rel, itu seriusan yang masalah studio?" Sagara mendengus kesal melihat Harsa yang mengabaikannya, menyebalkan!.
Karel yang awalnya sedang debat tentang siapa yang paling cantik di antara Elsa dan Anna dengan Julio pun menjeda debat mereka sebentar.
"Bener abangg, ga percayaan banget lu semua anjir" gerutu Karel sembari memakan cilok nya yang kini tersisa 2 biji lagi. Javier yang tengah sibuk dengan laptop nya,— ya kalian tau kan niat awal mereka kumpul itu awalnya untuk membantu Javier edit konten mereka. Tapi ending nya, ya sudah tertebak lah ya — kini ikut berbalik kearah Karel.
Tangannya ia gunakan untuk menopang dagunya.
"Ya lagian rel, kita shock lahh, kayakk gileeee gue aja masih gapercaya sampe sekarang." Karel memutar bola matanya malas mendengar sahutan Javier. Harus bagaimana lagi supaya mereka percaya kalau omongan Karel itu benar, sih?.
"Tanya si jujul, benerann gue ga ngebohong ih" kini semua mata beralih menatap Julio yang tengah berbaring dengan tangan yang sibuk memainkan rambut nya yang mulai memanjang.
"Apaan jadi gue? Julio btw" ucap Julio, masih sibuk dengan memainkan rambutnya.
"Tapi bener sih bang, dua hari yang lalu gue ketemu sama pemiliknya bareng sama si Karel, beneran dikasih kuncinya, trus ga bayar, jadi bener deh si Karel." Lanjutnya.
"TUHHHHH GA PERCAYAAN BANGETTT KALIAN KE GUE, JAHAT" Semuanya tertawa gemas melihat Karel yang tengah membalikkan badannya kesal.
"Maaf deh maaf, btw pas tadi lu sama si jujul kesini, lu pada liat si Rafa didepan kagak?" Julio menjawab pertanyaan Harsa dengan gelengan kepalanya.
"Kagak" Sagara lagi lagi tergelak melihat respon Karel dengan raut wajah kesalnya yang belum berubah.
Tepat setelah Karel menjawab pertanyaan Harsa, pintu ruangan mereka itu terbuka, menampilkan Rafa yang tengah berbincang di telepon.
Oh ya, omong omong kalau kalian tanya dimana mereka sekarang.. ini adalah rumah petak kosong milik Melvin yang diubah menjadi basecamp mereka, sebenarnya mereka juga punya ruangan tersendiri di kampus mereka yang diberikan khusus karena memang tidak terpakai, tapi karena Melvin tidak selalu bisa masuk kesana, akhirnya Melvin menyediakan tempat nyaman ini untuk mereka. Terimakasih Melvin!
"Tuh baru aja diomongin dah dateng orangnya." Javier kini kembali berkutat dengan laptop nya, berusaha mengedit secepat dan sebagus yang ia bisa agar ia bisa ikut berkumpul dengan teman-teman nya.
Rafa tersenyum singkat lalu mengacak rambut Julio yang memberikan cilok pesanannya.
"Iya bang, lagi sama yang lain kok." Oh, mendengar jawaban Rafa, semuanya tau kalau ia tengah menelepon bang Damian.
"Apa lagi?" Rafa kini mendudukkan dirinya di sebelah Harsa.
"Hah seriusss?" Semua mata kini menatap Rafa. Rafa menutup handphone nya sebentar, kemudian beralih menatap wajah teman temannya.
"Eh lu pada kosong gak ntar Minggu depan?" Tanya Rafa.
"gue kosong" jawaban Harsa itu diacungi jempol oleh ke empat pemuda lainnya.
"Oke, kosong bang kita, kayaknya bisa, cuma kan bang Melvin balik nya mingdep, tapi gak tau sih waktu pastinya kapan, nanti gue tanya ke bang Melvin" kini semuanya menatap Rafa dengan serius.
"Siap, iya Abang juga, daah, aku pulangnya mungkin maleman, bilangin ke mama ya, iyaaaa" Tut. Rafa pun memutus teleponnya.
"ada apaan bang?" Pertanyaan Julio itu dihadiahi senyum misterius dari Rafa.
"Hehe."